Friday 9 May 2014

sebatang biru

Kita dipupuk kesedihan, disiram suram, disinari kegelapan
Di antara kebun jagung aku adalah lubang besar dan dalam
Kau adalah jembatan antara kenangan dan imaji
Dua tongkang sebatang laut melarung ingatan
Dari dapur dapur masa lalu; panci, lada-lada, dan segumpal bumbu merah
Kemudian ruang tamu di rumah hantu
Sampai seduduk kursi di kamar yang rubuh

FG, 10 mei 2014

Wednesday 9 April 2014

Akar dan Sayap

(1)
Akar menyelami perut bumi,
Padanya lengket sebuah mula, sebuah alasan.
Tawanya jernih menembus masa lalu.
Rambutnya menjalar, mengikat tanah dimana ia berenang.
Matanya serupa muasal atas seluruh kebijaksanaan.
Dengan dagunya yang runcing dan hidungnya yang manis,
kepalanya bergoyang bersamaan dengan doa-doa yang kuajari:
'Tuhan jadikan kami manusia yang menghargai asalnya'.


(2)
Sayap terkepak mengintip langit,
Padanya terbang harapan-harapan kita,
Mimpi yang terombang-ambing di pintu surga.
Kulitnya licin, terlumur dengan keberanian.
Bibirnya menampung kasih sayang,
Tubuhnya adalah optimisme yang membuatmu ngeri.
Sifatnya adalah imajinasi yang membuatku iri.
Dalam tidurnya yang ringan, kau mengawalnya dengan pinta:
'Tuhan jadikan kami manusia yang tidak kerdil oleh ketakutan'.


(3)
Kita berada diantara tanah dan langit,
Dikepit Akar yang berenang dan Sayap yang terbang.
Kau masuk kedalam takutmu,
Aku pergi menjauhi asalku.
Menentang takdir,
Memotong jalinan doa dengan kuku yang tumpul.
Entah bagaimana jadinya, entah apa rupanya.
Akar menangis dibawah tapakmu,
Sayap terpekur diatas kepalaku.
Kita bercerai saja, tuntut-mu. Dunia hancur dalam satu kedipan ringan.


Tuesday 8 April 2014

Sihir

Mantra yang kau hembus itu telah sampai di badanku,
menjalari perutku yang bergolak,
merambati hatiku hingga pengap,
menghisap segala susu dari dadaku hingga kering.

Serupa angin, ia menggesek wujudnya
dengan halus dan lirih,
hingga segala isi dalamku terajang-iris

serupa angin, ia merontokkan pohon kata-kata
dikepalaku
dengan sekali putar.

Aku megap-dedap,
kebencian mengapai-gapai mencekik leherku.
"Dendamlah kau dengan liar, suburlah kau dalam damai"
liat dan marah-marah.

Aku megap-dedap
Mantra itu membekapku sekali lagi,
kali ini dengan pelukan yang dilembut-lembutkan,
hingga garam keluar dari setiap luka-lukaku,
yang terasa seperti kepuasanmu.

Pada kematianku,
akhirnya kau berhenti merapal amarah.

-MS, april 2014

Monday 17 March 2014

Tawa

aku mengingat sore yang segar:

sepeda dikayuh dari dermaga
menuju sekolah di pinggir kota

kecemasan hilang,
dipendam dalam bius
dan tawa - tawa yang hanya membikin lupa

atau, 
kecemasan tidak pernah hilang
ia bersalin rupa, 
berlipat ganda

hingga akhirnya aku lupa
bagaimana saat tertidur dan terjaga
segalanya sama

aku merasa 
seperti berjalan 
dalam tidur yang panjang
kepala berdenyut
dan aku ingin menghantamnya 
ke dinding keras - keras.
aku ingin menjambak rambutku 
dan menangis hingga lega

aku ingin menembak apa saja
diriku
masa lalu
dan segala yang menunggu 


-RK. Jan, 2012


Octavio Paz, a cut from "Sunstone", free translation to Bahasa

I follow my raving, rooms, streets,
I grope my way through corridors of time,
I climb and descend its stairs, I touch
its walls and do not move, I go back
to where I began, I search for your face,
I walk through the streets of myself
under an ageless sun, and by my side
you walk like a tree, you walk like a river,
and talk to me like the course of a river,
you grow like wheat between my hands,
you throb like a squirrel between my hands,
you fly like a thousand birds, and your laugh
is like the spray of the sea, your head
is a star between my hands, the world
grows green again when you smile,
eating an orange,

Aku ikuti celotehku, kamar-kamar, jalanan,
Aku meraba-raba melalui koridor-koridor waktu,
Aku panjat dan turuni tetangga itu, aku sentuh
Tembok itu tidak bergerak, aku kembali
Dimana aku memulai, aku mencari cari wajahmu,
Aku melantur dijalanan sendiri,
Dibawah matahari yang kekal, dan disampingku
Kau berjalan seperti pohon, seperti sungai,
Diantara tanganku kau tumbuh seperti gandum,
Diantara tanganku kau berderu seperti tupai,
Kau terbang seperti ribuan burung, dan tawamu
Seperti semburan laut, kepalamu
Adalah bintang pada tetanganku, dunia
Kembali hijau pada senyummu,

Memakan merah.

-FG

Seperti Aceh


Seperti Tuna
Awalnya membelah lautan
Kemudian tersangkut di kail                        
Dibelah, terbelah
Berakhir pada piring diantara rempah..

Pedas

-FG

Monday 6 January 2014

Jean on Fire

I wake in the night,
On the shore
I see dark clouds on the horizon
A feeling creeps up within me,
Like whispers from Poseidon
I burn my jeans in the dying fire
I burn the culture
I burn the buildings,
Historical constructions not of my people
I burn you, Sir!
I burn you,
I burn the names you call her
Then she comes,
Walking straight out of the sea
She looks at me, sees me,
Naked
Smoke rises from the ashes of my jeans,
From her
She has come,
Erasing the clouds from the sky
I am naked,
Naked of your claim
With her,
The sky clear,
It now sparkles
What could be better?

-fg